Salam Petualang...!!
10 Maret 2013,
Telapak Sumut kembali melakukan explorasi serta penjelajahan Alam Sumatera utara, dengan beranggotakan 9 orang termasuk didalamnya anggota dari Komunitas
Pecinta Alam Indah (PANDA), kali ini tujuan tim adalah ke
Deleng(gunung) Kutu.
Deleng Kutu berada di Desa Guru Singa, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Deleng Kutu memiliki ketinggian sekitar 1.400 Mdpl (meter dibawah permukaan laut). Deleng Kutu bertetanggaan dengan Gunung Sinabung. Dari pintu rimba Deleng Kutu kelihatan sangat jelas
Gunung Sinabung, Gunung Sibayak dan
Deleng Barus.
Perjalanan ke Deleng Kutu ini merupakan akhir dari kesepakan tim yang telah gagal untuk mendaki
Gunung Sibuaten. Setelah terlantar selama 3 jam di pinggir jalan kabanjahe, kami pun akhirnya bergegas menuju
Desa Guru Singa dan sampailah kami di pintu rimba sekitar jam 15.30 Wib. Tetapi tidak ada rumah penduduk lagi di sekitar pintu rimba, hanya perkebunan milik warga sekitar yang di tanami sayur-sayuran.
Terlihat dari kejauhan seorang bapak yang mengangkat hasil perkebunannya yang mengarah ke kami semua. Mau keatas sana..?! ungkap bapak itu seraya berkata, "kalau di atas sudah tidak ada air lagi. Adapun air setelah nyampai ke atas kalian harus turun lagi di balik Deleng ini karena di situ ada sumur. Kalau tidak kalian ke warung sebelum kalian sampai disini. Di warung itu ada air yang bisa kalian ambil sambil menitipkan kendaraan kalian".
Setelah mendengar ucapan serta saran dari bapak yang tinggal disekitar Deleng Kutu itu, kami pun mengeluarkan semua botol air mineral yang kosong dan menuju ke warung tersebut.
Setelah berbincang panjang lebar dengan pemilik warung tersebut, akhirnya kendaraan kami di izinkannya titip di rumahnya dengan jaminan KTP salah satu teman kami. Botol-botol pun sudah terisi semuanya dan kami pun berjalan menuju pintu rimba yang berjarak sekitar 2 km dari warung tersebut.
Jam menunjukkan pukul 16.20, setelah berdoa bersama, Tim mulai mendaki Deleng tersebut. Ternyata Deleng ini cukup cadas juga.
biar kecil tapi cadas, ungkap Pay seorang pemimpin Tim
Telapak Sumut. Jalur yang kami lalui bukannya jalur utama, melainkan jalur potongan. Semak belukar pun masih sangat rapat sekali dan tanda-tanda jalan terlihat sangat samar-samar.
Tetapi yang namanya puncak pasti diatas, jadi ya kami mendaki terus ke atas dan ketika mulai di pertengahan menuju puncak jalan pun sudah mulai tidak samar lagi, karena hanya di tumbuhi oleh pepohonan besar. Di sepanjang jalur pendakian kami di temani dengan suara-suara burung yang tiada hentinya. Hutan ini masih sangat asri, tidak ada sampah yang berserakan di sepanjang jalur.
Sangat berbeda dari gunung-gunung yang pernah ku daki selama ini. Mungkin karena deleng ini sangat jarang di kunjungi oleh para pendaki.
Dan sesekali kami menjumpai tempat-tempat yang lebar yang bisa di gunakan sebagai tempat mendirikan tenda dan tempat berteduh apabila kelelahan. Di sekitar daerah ini langit sudah mulai kelihatan dari balik-balik celah pepohonan, berarti ini menandakan puncak yang sudah tidak jauh lagi.
Sekitar 30 menit mendaki punggung tiap punggung Deleng Kutu, sampailah kami di puncak yang sebenarnya yang di tandai dengan sebuah pilar beton yang bertuliskan SEC.TRIANG setinggi 1,5 meter dan di kelilingi dengan 4 tempat duduk yang terbuat dari beton.
Di puncak ini di penuhi dengan lalang-lalang yang mencapai ukuran setengah meter, tidak ada tempat yang cocok untuk mendirikan tenda.
|
Puncak Deleng Kutu |
Setelah melakukan foto bersama di puncak Deleng Kutu, kami pun turun kebawah sekitar 200 meter karena di sini ada tempat yang rata dan tidak ada lalang-lalang. Sebagian bertugas mendirikan tenda, ada yang bertugas mencari kayu bakar, dan ada yang bertugas memasak.
Senja pun mulai berganti malam, dari celah-celah pepohonan terlihat cahaya dari rumah-rumah penduduk. Dan lampu-lampu dari kota Kabanjahe terlihat indah dari atas sini.
Makanan pun sudah selesai di masak kami pun makan bersama dalam 1 lembar plastik. Disinilah letak dari kekompakan yang harus di jaga selamanya.
Hanya melewati 1 malam saja kami di Deleng Kutu ini, Setelah selesai sarapan, kami membakar sebagian sampah yang kami bawa serta melakukan pengambilan beberapa jepretan foto dengan view yang dirasa cukup menarik untuk diabadikan.
Sekitar pukul 10.40 kami pun turun dari
Deleng Kutu. Sebagian yang lainnya turun dari jalur pendakian yang dialalui semalam, Saya dan 3 orang yang lain turun dari jalur utama. Berbeda dari jalur yang sebelumnya, jalur ini benar-benar cadas dan sangat licin. Sebagian dari kami memanfaatkan jalur ini sebagai perosotan/berseluncur. Karena bentuknya seperti perosotan sampai ke bawah. Jadi, tidak buang-buang tenaga ketika turun dari jalur ini.
Inilah beberapa cerita singkat tentang perjalanan Telapak Sumut menuju Deleng Kutu. Deleng yang masih alami, bersih dari sampah merupakan keunikan tersendiri di bandingkan dengan gunung-gunung lainnya.
Buat sobat yang ingin bergabung dengan Telapak Sumut dalam menjelajah serta mengexplore alam Sumatera Utara, silahkan gabung
DISINI. dan Tunggu perjalanan kami selanjutnya.
Lestari.....!!
by: Pay