Biasanya orang mengenal Gunung Singgalang adalah sebuah gunung yang ada di
sumatera barat, tapi jangan salah juga di sumatera utara ada juga loh gunung
singgalang tepatnya di Desa Silima Kuta Kecamatan Saribu Dolok Kabupaten
Simalungun, kenapa namanya gunung singgalang ?, nah menurut orang-orang sih
karena bentuknya mirip sekali dengan gunung singgalang yang ada di sumatera
barat hanya ketinggiannya saja yang beda, kalau gunung singgalang di sumbar
memiliki ketinggian sekitar 2000 an mdpl kalau singgalangnya sumut hanya sekitar 1800 an mdpl.
Menurut informasi belum banyak orang yang tau tentang gunung singgalang
yang ada di saribu dolok ini, maka dari itu team Telapak Sumut Advanture akan
melakukan ekspedisi ke gunung tersebut.
Perjalanan dimulai dari titik kumpul keberangkatan yaitu di sekretariat
Telapak Sumut Advanture (TSA) di Jl. Ardagusema Delitua, pukul 20.00 WIB sampai
akhirnya berangkat sekitar jam 21.30 WIB, membutuhkan waktu sekitar 6 Jam perjalanan untuk bisa sampai ke kecamatan
saribu dolok.
Dalam perjalanan kami harus berhenti beberapa kali akibat hujan
yang makin lama semakin deras bahkan kami harus menginap semalam disebuah hotel
merah putih alias SPBU di daerah merek. Paginya cuaca lumayan cerah, kami pun
melanjutkan perjalanan hingga sampailah kami di Desa Silima Kuta. Sebelum
melakukan ekspedisi hal yang paling penting dilakukan adalah sarapan, tanpa
sarapan di khawatirkan fisik tidak sanggup untuk melintasi kawasan hutan karena
tidak adanya makanan yng diserap kedalam tubuh. Setelah itu tak lupa melapor ke
kepala desa setempat memohon izin sekaligus silaturahmi agar tak dianggap
sembarangan memasuki wilayah orang lain. Setelah berbicara kepada kepala desa
setempat ternyata ada semacam mitos yang diakui oleh masyarakat sekitar yaitu
adanya bak penampungan air atau tempat pemandian raja yang apabila musim
kemarau airnya tidak pernah kering dan bila musim hujan airnya tidak pernah
luber juga ada yang bilang diatas sana ada pohon jeruk dengan tujuh rasa itu
pun kalau beruntung, makin penasaran jadinya.
Berbekal rasa penasaran Tim Ekspesidi TSA pun makin semangat, tepat pukul
09.00 WIB di temani cuaca yang tak bersahabat mendung disertai gerimis-gerimis
manja kami pun memulai perjalanan, dengan petunjuk dari seorang warga kami pun
bergegas menuju pintu rimba, dari pintu rimba kami yang tak seorang pun tau
jalur pendakian mencoba mencari jalan serta membuka jalur pendakian dengan
memberikan tanda disetiap persimpangan, track yang dilalui cukup berat dengan
medan yang terus menanjak dan licin ditambah lagi guyuran hujan yang tak
henti-henti. Hutan tropis di gunung ini masih cukup terjaga dan asri belum
terlihat adanya kerusakan-kerusakan akibat tangan-tangan jahil manusia.
Setelah melalui track selama kira-kira 3,5 jam dan lumayan menguras tenaga, akhirnya kami sampai
juga di puncak yang kondisinya datar dan tak ada puncak lagi ataupun tanjakan
yang akan dilalui. Karena ini bukan gunung berapi maka tak ada caldera atau pun
hamparan bebatuan yang ada hanya pohon-pohon rimbun tak ada tempat yang cukup
luas untuk mendirikan tenda. Walaupun
sudah mencapai puncak kami pun tak kunjung menemukan bak dan jeruk yang
dimaksud oleh warga sekitar bahkan pilar, karena kondisi fisik sudah terlalu
lelah dan cuaca juga tidak mendukung
akhirnya kami memutuskan untuk mencari tempat yang agak luas untuk mendirikan sekitar 4 buah tenda yang akan
diisi oleh 19 Orang diantaranya 6 Perempuan dan 13 Laki-Laki. Kegiatan pun
diisi dengan pemasangan tenda, masak dan membuat api setelah itu dilanjutkan
istirahat. Sampai malam hari hujan tak kunjung berhenti, hawa dingin semakin
menusuk ke tulang walaupun begitu canda dan tawa teman-teman serta nikmatnya
kopi hitam bisa membawa kehangatan tersendiri didalam
hutan yang belum banyak dijamah orang.
Tak terasa pagi pun tiba, tapi tak
sedikitpun matahari memancarakan sinarnya masuk kedalam hutan hanya sesekali
setelah itu tertutup awan mendung yang kala itu masih di sertai gerimis-gerimis
manja
yang membuat kami malas untuk bergerak.
Kami putuskan untuk turun pagi itu, ternyata
kondisi jalan turun lebih buruk dari pada naik, tak sedikit dari kami harus
berulang kali terpeleset akibat jalur yang sangat licin di tambah lagi kami
kehilangan tanda jalur yang kami lewati, terpaksa kami harus mencari jalur baru
untuk turun lagi, hingga pada akhirnya kami keluar dari pintu rimba yang
berbeda bukan dari pintu rimba awal kami melakukan perjalanan. Heran, bingung
melihat hamparan kebun jeruk warga dan saling berpandangan lalu tertawa bersama
dan berkata kok bisa ? warga yang punya kebun jeruk tersenyum melihat kami dan
berkata itu sudah biasa, sudah sering, mereka masuknya dari sana keluarnya dari
sini.
Hmm,.. ntah ada mitos apalagi yang tersembunyi di balik gunung singgalang
di Saribu Dolok, walaupun ekspedisi kali ini dianggap gagal, suatu hari nanti
kami akan kembali melakukan ekspedisi berikutnya untuk mencari mitos bak pemandian raja dan jeruk
tujuh rasa.