Salam Petualang...
7 April 2013., Tim Telapak Sumut kembali melakukan explorasi penjelajahan alam Sumatera Utara. Kali ini tim akan menuju sebuah desa yang menurut informasi memiliki potensi alam yang cukup menarik. Nama desa terebut adalah Deleng Gerat, sebuah
desa yang berada jauh dari keramaian kota. Desa ini terletak di Kecamatan
Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penduduk desa ini mayoritas bersuku Karo. Salah
satu potensi alam yang ingin tim explore adalah air terjun (sampuren dalam
bahasa Karo).
Sampuren Edelweiss berada di aliran
sungai Lau Gumuh. Air terjun atau
sampuren ini merupakan sebuah air terjun
kembar dengan ketinggian sekitar 10 meter
yang terletak di tengah hutan lindung.
Panasnya matahari pagi menambah semangat
kami untuk berpetualang hari ini. Tim yang ikut serta kali ini hanya 7 orang.
Saya, Pay, Andika, Saiful, Kemal, Purnomo dan Amel. Kami berangkat dari Delitua
sekitar pukul 09.20 wib menggunakan sepeda motor. Berikut rute yang kami lalui :
RUTE : DELITUA – TALUN KENAS – TIGA JUHAR – DURIAN IV MBELANG – SIBUNGA-BUNGA HILIR – TANGGA BATU – BULUH NIPES – RUMAH RIH – DURIN TINGGUNG – BAH-BAH BUNTU – DELENG GERAT Dengan jarak tempuh sekitar 2 jam via Deli tua.
Satu persatu desa kami lalui
dengan mulus karena akses jalannya yang bagus. Sekitar pukul 11.04 wib kami
sampai di desa Bah-Bah Buntu dan ternyata dari sinilah The Real Adventure kami
dimulai. Cukup jauh jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke air terjun tersebut. Ternyata jalanan berlumpur dan becek pun telah menyambut kami didepan,mau tidak mau kami harus melewati jalanan berlumpur itu.
Ini
dikarenakan ada pengerasan jalan ditambah guyuran hujan beberapa hari ini. Ditengah jalanan yang demikian, ada hal yang membuat kami terpukau yaitu pemandangan bukit barisan yang berjajar dan menjulang tinggi dengan perpaduan warna langit yang sangat indah. Subhanallah, sungguh pesona alam yang sangat indah.
Tidak terlalu lama kami bergumul dengan situasi itu, dengan gesit kami pun
berhasil melewati jalanan berlumpur. Setelah 25 menit perjalanan, akhirnya kami pun sampai di tempat yang dituju, Desa Deleng
Gerat.
Kami menitipkan sepeda motor kami di sebuah rumah
panggung tua. Kemudian setelah bersiap-siap, kami pun mulai menyusuri aliran
sungai dengan perlahan karena batu-batunya yang licin. Air sungainya sangat
jernih dan dingin. Sudah lumayan jauh kami berjalan menyusuri sungai, tetapi
belum ada tanda-tanda akan adanya air terjun. Malah kami menjumpai banyak
pohon-pohon tumbang yang menutupi aliran air sungai, sehingga air terhambat
untuk mengalir.
Di sepanjang perjalanan menyusuri sungai, mata kami tak
henti-hentinya dimanjakan dengan pemandangan-pemandangan hutan yang eksotis,
begitu asri. Suara kicauan burung, lengkingan suara monyet seakan menyambut
kedatangan kami. Kurang lebih ada 3 air terjun mini
yang kami jumpai disepanjang aliran sungai. Dan menurut informasi dari warga
sekitar airnya bisa langsung diminum dan lebih bagus dari air kemasan yang
dijual di pasaran.
Tidak terasa kami sudah menyusuri sungai hampir 2 jam dan
belum mendapatkan hasil. Salah seorang teman kami, Saiful yang memang lebih
dulu berjalan jauh di depan mengatakan bahwa ia baru mendapat informasi dari
seorang warga penebang pohon kalau air terjun itu berada tidak jauh lagi dari
posisi kami sekarang. Dengan bersemangat kami pun melanjutkan perjalanan kami,
kali ini kami memilih jalur hutan.
Setelah dirasa cukup jauh dan dengan
beberapa pertimbangan, kami kembali memilih jalur sungai.Batu-batu sungai yang kami jumpai
selanjutnya sudah berlumut dan licin, menunjukkan tempat ini jarang terjamah
oleh manusia,bahkan hampir tidak pernah. Kami mulai berhati-hati. Saiful dan
Purnomo sudah jauh di depan kami, sedangkan kami masih mengambil beberapa
gambar untuk dokumentasi. Tak berapa lama kemudian kami pun kehilangan jejak
mereka berdua. Kami sempat khawatir dan diam di tempat hingga beberapa menit
kemudian, Pay sebagai ketua tim memberi aba-aba untuk tetap melanjutkan
perjalanan.Tak ada pengharapan yang sia-sia
jika disertai dengan kesabaran dan kerja keras.
Dari kejauhan terdengar suara
Saiful dengan Purnomo yang memanggil-manggil kami dengan senangnya. Betapa
terkejutnya kami melihat deraian air yang besar samar-samar di balik pepohonan,
dan ternyata itulah yang kami cari. Spontan Pay dan Andika langsung bergegas
mempercepat langkahnya. Semangat dan rasa senang pun merasuki Kemal sehingga
tanpa di sadarinya ia tergelincir dan terjatuh ke sungai. Alhamdulillah, kejadian
itu tidak berakibat buruk. Tanpa pikir panjang lagi saya , Amel dan Kemal mulai
mempercepat langkah kami kembali karena Pay dan Andika terlihat sudah sampai.
Dan insiden tergelincir terulang kembali, giliran saya sekarang. Sakit???
Pastinya, tapi itu semua terobati karena saya mulai merasakan percikan air
terjun membasahi tubuh saya. Subhanallah, kami sangat takjub dibuatnya. Suara
gemuruh air terjun yang khas dan dengan anggunnya 2 aliran air terjun itu menggeliat
bermuara pada satu sungai.
Kami berkumpul tepat di depan si kembar yang
mempesona. Rasa syukur dan kagum tak henti-hentinya kami ucapkan atas keindahan
yang Allah ciptakan ini. Sungguh luar biasa. Segera kami mengabadikan moment
indah ini, spanduk Telapak Sumut pun
terbentang tepat di bawah sampuren sebagai simbol bahwa kamilah Komunitas penjelajah Alam pertama yang menjejakkan kaki di air terjun kembar yang mempesona, Sampuren Edelweiss.
Nama
Sampuren Edelweiss sendiri dibuat oleh Pay sebagai ketua Telapak Sumut
dikarenakan sampuren (air terjun) tersebut belum memiliki nama. Sampuren yang
dalam bahasa Karonya adalah Air terjun sedangkan Edelweiss melambangkan
keabadian. Dan harapan tim Telapak Sumut supaya air terjun ini dapat abadi
untuk selamanya.
Ingin
merasakan sensasi petualangan seperti kami? Segera
bergabung dengan Telapak Sumut Adventure !!!
Nah, Buat sobat yang ingin bergabung dengan Telapak Sumut dalam menjelajah serta mengexplore alam Sumatera Utara, silahkan gabung DISINI. dan Tunggu perjalanan kami selanjutnya.
Salam
LESTARI....!!!
by : Aniz