November 9, 2018

MENELUSURI GUNUNG SINGGALANG DI SUMATERA UTARA


Biasanya orang mengenal Gunung Singgalang adalah sebuah gunung yang ada di sumatera barat, tapi jangan salah juga di sumatera utara ada juga loh gunung singgalang tepatnya di Desa Silima Kuta Kecamatan Saribu Dolok Kabupaten Simalungun, kenapa namanya gunung singgalang ?, nah menurut orang-orang sih karena bentuknya mirip sekali dengan gunung singgalang yang ada di sumatera barat hanya ketinggiannya saja yang beda, kalau gunung singgalang di sumbar memiliki ketinggian sekitar 2000 an mdpl kalau singgalangnya sumut hanya sekitar 1800 an mdpl.
Menurut informasi belum banyak orang yang tau tentang gunung singgalang yang ada di saribu dolok ini, maka dari itu team Telapak Sumut Advanture akan melakukan ekspedisi ke gunung tersebut.
Perjalanan dimulai dari titik kumpul keberangkatan yaitu di sekretariat Telapak Sumut Advanture (TSA) di Jl. Ardagusema Delitua, pukul 20.00 WIB sampai akhirnya berangkat sekitar jam 21.30 WIB, membutuhkan waktu sekitar 6  Jam perjalanan untuk bisa sampai ke kecamatan saribu dolok.
Dalam perjalanan kami harus berhenti beberapa kali akibat hujan yang makin lama semakin deras bahkan kami harus menginap semalam disebuah hotel merah putih alias SPBU di daerah merek. Paginya cuaca lumayan cerah, kami pun melanjutkan perjalanan hingga sampailah kami di Desa Silima Kuta. Sebelum melakukan ekspedisi hal yang paling penting dilakukan adalah sarapan, tanpa sarapan di khawatirkan fisik tidak sanggup untuk melintasi kawasan hutan karena tidak adanya makanan yng diserap kedalam tubuh. Setelah itu tak lupa melapor ke kepala desa setempat memohon izin sekaligus silaturahmi agar tak dianggap sembarangan memasuki wilayah orang lain. Setelah berbicara kepada kepala desa setempat ternyata ada semacam mitos yang diakui oleh masyarakat sekitar yaitu adanya bak penampungan air atau tempat pemandian raja yang apabila musim kemarau airnya tidak pernah kering dan bila musim hujan airnya tidak pernah luber juga ada yang bilang diatas sana ada pohon jeruk dengan tujuh rasa itu pun kalau beruntung, makin penasaran jadinya.
Berbekal rasa penasaran Tim Ekspesidi TSA pun makin semangat, tepat pukul 09.00 WIB di temani cuaca yang tak bersahabat mendung disertai gerimis-gerimis manja kami pun memulai perjalanan, dengan petunjuk dari seorang warga kami pun bergegas menuju pintu rimba, dari pintu rimba kami yang tak seorang pun tau jalur pendakian mencoba mencari jalan serta membuka jalur pendakian dengan memberikan tanda disetiap persimpangan, track yang dilalui cukup berat dengan medan yang terus menanjak dan licin ditambah lagi guyuran hujan yang tak henti-henti. Hutan tropis di gunung ini masih cukup terjaga dan asri belum terlihat adanya kerusakan-kerusakan akibat tangan-tangan jahil manusia.
Setelah melalui track selama kira-kira 3,5 jam dan  lumayan menguras tenaga, akhirnya kami sampai juga di puncak yang kondisinya datar dan tak ada puncak lagi ataupun tanjakan yang akan dilalui. Karena ini bukan gunung berapi maka tak ada caldera atau pun hamparan bebatuan yang ada hanya pohon-pohon rimbun tak ada tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda.  Walaupun sudah mencapai puncak kami pun tak kunjung menemukan bak dan jeruk yang dimaksud oleh warga sekitar bahkan pilar, karena kondisi fisik sudah terlalu lelah dan cuaca juga tidak mendukung  akhirnya kami memutuskan untuk mencari tempat yang agak luas untuk  mendirikan sekitar 4 buah tenda yang akan diisi oleh 19 Orang diantaranya 6 Perempuan dan 13 Laki-Laki. Kegiatan pun diisi dengan pemasangan tenda, masak dan membuat api setelah itu dilanjutkan istirahat. Sampai malam hari hujan tak kunjung berhenti, hawa dingin semakin menusuk ke tulang walaupun begitu canda dan tawa teman-teman serta nikmatnya kopi hitam bisa membawa kehangatan tersendiri didalam hutan yang belum banyak dijamah orang.
Tak terasa pagi pun tiba,  tapi tak sedikitpun matahari memancarakan sinarnya masuk kedalam hutan hanya sesekali setelah itu tertutup awan mendung yang kala itu masih di sertai gerimis-gerimis manja
yang membuat kami malas untuk bergerak.  Kami putuskan untuk turun pagi itu, ternyata kondisi jalan turun lebih buruk dari pada naik, tak sedikit dari kami harus berulang kali terpeleset akibat jalur yang sangat licin di tambah lagi kami kehilangan tanda jalur yang kami lewati, terpaksa kami harus mencari jalur baru untuk turun lagi, hingga pada akhirnya kami keluar dari pintu rimba yang berbeda bukan dari pintu rimba awal kami melakukan perjalanan. Heran, bingung melihat hamparan kebun jeruk warga dan saling berpandangan lalu tertawa bersama dan berkata kok bisa ? warga yang punya kebun jeruk tersenyum melihat kami dan berkata itu sudah biasa, sudah sering, mereka masuknya dari sana keluarnya dari sini.
Hmm,.. ntah ada mitos apalagi yang tersembunyi di balik gunung singgalang di Saribu Dolok, walaupun ekspedisi kali ini dianggap gagal, suatu hari nanti kami akan kembali melakukan ekspedisi berikutnya untuk  mencari mitos bak pemandian raja dan jeruk tujuh rasa.         

No comments:

Post a Comment

# Silahkan Anda Berkomentar dengan Baik dan Sopan
# Pesan dilarang Mengandung SARA dan Spam
# Terima Kasih Telah berkunjung di Blog Sederhana ini